Transformasi Desain ‘sebagai salah satu metode perancangan desain’


Transformasi kata dasarnya adalah transform, pada kamus Webster’s diartikan: “to change the form or outward appearance of”, dan bisa juga diartikan “to change to the condition, nature, or function of: confert” dan juga dapat diartikan “to change the personality or character of”. Transformasi dapat diartikan mengadakan perubahan yang  meliputi pada bentuk, tampilan luar, kondisi alam atau fungsinya, dan transformasi juga dapat diartikan merubah karakter pribadi. Bahwa dalam mengadakan transformasi tidak saja fisik yang bisa ditangani, akan tetapi juga bisa yang bersifat non fisik yang dapat dirasakan oleh seluruh indra. Namun dalam pembahasan makalah ini ditekankan pada transformasi bentuk saja.

Arsitektur tradisional adalah merupakan produk fisik dari suatu tradisi, sedangkan tradisi (tradition) diartikan “the handing down orally of stories, beliefs, customs, etc form generation to generation”. Arsitektur tradisional adalah suatu cara berkarya arsitektur (berarsitektur) yang caranya diturunkan dari generasi ke generasi dalam bentuk cerita, kepercayaan dan kebiasaan. Dalam proses penurunan tradisi, yang dalam hal ini cara berarsitektur, tidak disertai secara detail alasan teknis dan estetikanya, penurunannya hanya disertai dengan alasan-alasan yang bersifat religi dan pantangan. Hal ini mengakibatkan sulitnya  melakukan analisa-analisa tentang arsitektur tradisional lebih lanjut.

Jadi apa yang dimaksudkan dengan mentransformasikan bentuk arsitektur tradisional adalah mengadakan perubahan, penyesuaian yang meliputi bentuk, tampilan luar arsitektur sehingga tampilan bentuknya masih bersumber dari proses berfikir tradisi dalam merubah bentuknya. Hasil akhir transformasi bentuk ini seharusnya masih dapat dilihat jejaknya yang bersumber dari nilai dari olah bentuk arsitektur tradisi.

Proses Transformasi

Ada beberapa macam strategi transformasi, antara lain adalah strategi tradisional, peminjaman dan dekonstruksi. Yang dimaksud dengan strategi tradisional dengan transformasi arsitektur tradisional adalah berbeda, transformasi arsitektur tradisional adalah me-transformasi-kan arsitektur tradisional, sedangkan caranya dapat menggunakan cara tradisional, peminjaman atau dekonstruksi. Seperti telah dibahas diatas, letak arsitektur tradisional pada kajian ini adalah sebagai “kode-awal” dan sekaligus sebagai alat kontrol, sekarang bagaimana arsitektur tradisional itu berperan sebagai “kode-awal”?

Seperti apa yang dikatakan oleh Anthony C. Antoniades, bahwa dalam saluran transformasi dengan cara transformasi tradisional dapat dilakukan dengan empat langkah yang dapat dilalui yaitu:

  1. Pernyataan visual dengan pendekatan konseptual terhadap permasalahan dengan menggunakan gambar tiga demensional.
  2. Evaluasi terhadap ide-ide dan memilih ide yang paling memuaskan semua pihak sebagai alternatif maksimal, ide ini kemudian menjadi dasar dari prosen transformasi.
  3. Melakukan transformasi, yaitu dengan cara penggeseran, perputaran, pencerminan, penarikan, pemampatan, skala dan memuntir ( translation, rotation, reflection, stretching, shrinking, scale, twisting).
  4. Penyampaian informasi kepada pihal luar sehingga bisa diterima, dibangun dan dinikmati.

Bahwa dalam mentransformasikan bentuk arsitektur tradisional Jawa ada dua hal yang harus diambil, yang pertama adalah menentukan bentuk dasar sebagai “kode-awal”. Untuk menentukan kode awal ini menggunakan langkah pertama dan yang kedua dari apa yang diutarakan oleh Anthony C. Antoniades. Yaitu mengulas kembali apa yang ada dari type bentuk arsitektur Jawa yang menjadi pokok bahasan secara tajam dan konseptual, serta penetapan parameter pengendali.

Untuk selanjutnya arsitek menjalankan proses transformasinya, mengadakan penarikan, pengurangan, penambahan dan sebagainya untuk menyesuaikan dengan faktor-faktor arsitektural (misalnya: lokasi, pandangan, orientasi, fungsi, program ruang dan lain-lain), dengan tetap terus memperhatikan parameter pengendali. Proses perubahan-perubahan ini berlangsung hingga mencapai bentuk yang paling sempurna dalam mengatasi semua faktor-faktor arsitektur diatas, akan tetapi biasanya berhentinya proses ini diakhiri dengan batas waktu.

Pada saluran transformasi,  kreatifitas arsitek akan muncul khususnya dalam mensiasati kesesuaian antara faktor-faktor arsitekturnya dan variabel pengendali, keberhasilan dari saluran transformasi arsitektur tradisional ini adalah sejauh mana arsitek dalam melakukan transformasi tetap berpegangaan dengan variable pengendalinya, sedangkan bila “kode-awal” tidak tampak lagi maka hal ini tidal lagi menjadi ukuran keberhasilan dari saluran ini, dan sebaliknya bila tetap berpegangan dengan bentukan “kode-awal” dan tidak memperhatikan parameter pengendalinya, maka kemungkinan besar cara ini akan menghadapi kegagalan. Jadi yang harus dilakukan adalah bentuk “kode-awal” tetap dipertahankan dan dalam pengolahan dan perubahannya juga memperhatikan parameter-parameter pengendali. Kekawatirannya adalah justru akan mempersempit kreatifitas arsitek.

referensi & bahan bacaan
https://www.mediafire.com/folder/88ab3h615s88x/transformasi_desain
https://www.researchgate.net/publication/311718551_Konsep_Dasar_ASIMILASI_AKULTURASI_dalam_Pembelajaran_BUDAYA

 

 


2 responses to “Transformasi Desain ‘sebagai salah satu metode perancangan desain’”

  1.  Saluran transformasi merupakan saluran yang dapat dikaitkan dengan saluran yang lain, bahwa transformasi adalah prosesnya. Suatu misal dalam saluran geometri, sebagai “kode awal” dapat menggunakan salah satu bentukan geometri, kemudian ditransformasikan bentukannya, baru kemudian dilakukan penambahan-penambahan dengan prosedur saluran geometri.

  2.  Saluran transformasi merupakan saluran yang dapat dikaitkan dengan saluran yang lain, bahwa transformasi adalah prosesnya. Suatu misal dalam saluran geometri, sebagai “kode awal” dapat menggunakan salah satu bentukan geometri, kemudian ditransformasikan bentukannya, baru kemudian dilakukan penambahan-penambahan dengan prosedur saluran geometri.

     Untuk menjawab tantang arsitek dalam membantu mencari identitas arsitektur tradisional, dengan menggunakan metode transformasi bentuk seperti diatas. Yaitu menetapkan “kode-awal” kemudian melakukan langkah transformasi bentuknya dengan berpegangan pada pengendali yang digali dari rasa estetika tradisi. Kemudian untuk supaya dapat dipahami maka kehadiran karya tersebut harus disertai teks yang berkaitan dengan arsitekturnya

Leave a Reply